Rabu, 08 September 2010

SAVE ME !!

Bacaan kali ini diambil dari Lukas 8: 26-39. Inilah salah satu ayat dari perikop tersbut:
“Setelah Yesus naik ke darat, datanglah seorang laki-laki dari kota itu menemui Dia; orang tu dirasuki oleh setan-setan dan sudah lama ia tidak berpakaian dan tidak tinggal dalam rumah, tetapi dalam pekuburan.”
(Lukas 8:27)

          Di dalam hidup ini, khusunya zaman sekarang, banyak yang sudah mengalami ke-gila-an. Hah? Masak si? Yup, gila di sini bukan berarti gila dalam arti harfiah, tetapi seseorang yang tergila-gila pada sesuatu hal, entah itu sesamanya ataupun suatu benda. Misalnya saja pada kasus ini, banyak anak muda zaman sekarang tergila-gila pada handphone  yang bisa facebook-an maupun twitter-an atau yang lainnya. Kenapa kita bisa berkata seperti itu? Karena anak muda sekarang sudah terikat oleh yang namanya facebook. Ada yang setelah pulang sekolah bukannya pulang ataupun mencari makan, tetapi update status di facebook. Pada malam hari saat mau tidur, bukannya kita berdoa dan bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah diberikan pada hari itu, melainkan mengecek handphone apakah ada status baru yang masuk atau tidak. Handphone kini seolah-olah telah menjadi sebuah bantal yang selalu harus di dekatnya supaya gampang untuk melihat status baru yang masuk. Ada juga yang tergila-gila bermain game online atau PlayStation, kalau tidak main rasanya hidup terasa hampa. Bahkan ada juga yang tergila-gila membaca buku alias si kacamata tebal (karena biasanya orang yang gila membaca buku mempunyai mata minus yang sangat dalam sehingga harus memakai kacamata yang tebal, Red) sampau melupakan Tuhan di dalam hidupnya karena asyik membaca buku. Hidup terasa tidak jelas arah dan tujuannya, bermain hingga berjam-jam hingga kalau sehari saja tidak bermain rasanya hidup semakin membosankan (terikat).

Alkitab di sini membicarakan orang yang gila secara harfiah,yakni benar-benar gila. Gila karena dirasuki oleh setan yang tidak hanya satu, tetapi banyak: “Dan Yesus bertanya kepadanya: “Siapakah namamu?” Jawabnya” “Legion.” karena ia kerasukan banyak setan.” (Lukas 8:30). Nah, apabila kita menemukan orang yang ketika ditanya namanya ternyata menjawab nama yang bukan miliknya, patut dipertanyakan nih sepertinya. Huehue. :D . Mungkin laki-laki pada Alkitab ini berteriak-teriak tidak jelas  karena dia terikat oleh setan-setan dan merasa tidak dapat menikmati hidup ini (Mungkin karena kita tidak tahu kejadian di tempat seperti apa, hanya tertulis di bagian Alkitab ini saja.). Nah, berdasarkan dari perikop ini juga, kita dapat mengetahui bahwa orang yang dirasuki setan biasanya pergi ke tempat sunyi atau tidur di kuburan, hidup bukan hidup kelihatannya

Walaupun begitu, Yesus tetap ingin menolongnya (betapa besarnya kasih Tuhan itu). Yesus yang idak mempan oleh setan memberikan penawaran kepada setan itu untuk segera pergi dari tubuh manusia itu. Akhirnya setan berkata bahwa ia ingin dilepaskan dari-Nya dan masuk ke dalam kawanan babi-babi yang ada di sekitar tempat itu: “Adalah di sana sejumlah besar babi sedang mencari makan di lereng gunung, lalu seta-setan itu meminta kepada Yesus, supaya Ia memperkenankan mereka memasuki babi-babi itu. Yesus mengabulkan permintaan mereka.” (Ayat ke-32). Pada zaman itu, orang Yahudi menganggap babi itu adalah binatang yang paling hina dan haram  sehingga orang-orang di sana waktu itu tidak keberatan ketika babi-babinya dimasuki oleh setan itu (kalau sekarang sih babi sudah menjadi sebuah makanan yang enak bagi sebagian orang, apalagi ditambah dengan kecap. J ). Tuhan mengabulkan permintaan mereka. Mereka dimasukkan ke dalam kawanan babi itu hingga akhirnya babi-babi itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau lalu mati lemas. (ayat ke-33)

Setelah setan-setan itu keluar dari tubuh orang itu, orang tersebut kini sudah berpakaian dan waras. Melihat ketakjuban itu, orang itu memohon kepada Yesus supaya ia diterima sebagai murid-Nya dan mengikut Dia karena telah diselamatkan, tetapi Yesus tidak mengizinkan orang tersebut mengikut-Nya. Putus asakah dia? Ternyata tidak teman-teman. Di ayat ke-39 kita dapat melihat bahwa orang itu segera menceritakan segala sesuatu yang diperbuat Yesus kepada sanak keluarganya maupun orang-orang yang ada di seluruh kota tersebut ketika Tuhan Yesus memerintahkan seperti itu kepada dia. Sebaliknya, orang-orang yang melihat peristiwa itu mengusir Yesus karena melakukan sesuatu yang menurut mereka adalah suatu ilmu sihir atau semacamnya.

Biasanya ketika kita menegur seseorang, orang tersebut tidak senang akan teguran kita: “ngapain sih lu tegur2 gue?” Orang tersebut berpikir bahwa bukan Kristuslah yang melakukan semua itu melalui perantaraan penegur itu, tetapi ketika tiba saatnya di mana ia ada di dekat jurang maut, iapun berteriak: “TOLONG AKU!!” , padahal kita tahu bahwa ia menolak teguran dari orang-orang yang pernah menegurnya. Apakah kita seperti itu teman-teman? Meminta tolong hanya pada saat genting saja tetapi kita tidak mau ditegur demi kebaikan kita? Lihat orang yang kerasukan tadi. Ketika ia meminta tolong di hadapan Tuhan Yesus (walau tidak terlihat seperti itu), Yesus segera menyelamatkannya dan melepaskan setan-setan itu dari tubuhnya. Hal ini terjadi karena orang tersebut percaya bahwa Dia adalah Tuhan yang pasti akan menolongnya dari setan-setan itu. INGAT, ORANG YANG PERCAYA KEPADA-NYA AKAN DISELAMATKAN.

Rasul Paulus mengatakan bahwa keselamatan itu tidaklah Cuma-Cuma, tapi mahal harganya. Ada dampak yang harus terasa apabila kita mau menerima keselamatan itu. Kita harus melaksanakan tugas yang ‘berat’, yaitu memberitakan Injil Kristus ke seluruh makhluk. Jika saat ini kita sering berbicara kasar ataupun bantah kepada orang yang menegurnya, mungkin patut dipertanyakan juga apakah ia benar-benar mengaku percaya atau belum. Nah, apa yang harus dilakukan oleh kita yang telah menerima keselamatan itu? Seharusnyalah kita memberitakan kabar baik yang Tuhan berikan kepada orang lain. Punya 1 tekad, saya diselamatkan oleh Dia, oleh sebab itu saya harus memberitakan kabar baik ini supaya orang-orang di sekitar saya juga diselamatkan.(Perlu diingat bahwa keselamatan adalah anugerah, bukan suatu hadiah bersyarat. Kita melakukan hal ini sebagai respon kita telah diselamatkan oleh-Nya).  Lihat orang yang kerasukan itu, setelah Tuhan memerintahkan dia supaya memberitakan kabar baik ini ke seluruh kota, dengan respon yang benar ia langsung melakukannya. Memang namanya tidak disebutkan di Alkitab, tetapi ia telah melakukan apa yang benar di mata Tuhan dan itulah yang Tuhan ingin kita lakukan. Jangan takut apabila kita memberitakan kabar baik ini, karena Tuhan akan menolong dan melindungi kita dalam berkata-kata dan tindakan kita. Hidup kita jika benar-benar sudah lahir baru, seharusnya seperti sebuah batu hidup, bukan batu yang mati. Jangan hanya menjadi Kristen KTP yang hanya statusnya saja tertulis Kristen tetapi tidak mencerminkan Kristus. God bless us guys. :D

“Beritakanlah kabar baik yang telah kita dengar dan terima, lalu beritahukanlah kepada orang-orang yang belum mengetahui kabar baik itu.”

*Source: Khotbah KR GKI Perniagaan hari Minggu, 05 September 2010 oleh Sdri. Widya Astuti, S. Si. Teol dengan beberapa pengubahan.

Share/Bookmark

Sabtu, 04 September 2010

Lost In Communication

Bacaan hari ini: Matius 15:1-20
“Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang.” (Matius 15:19-20)

Sebenarnya ada apa sih dengan komunikasi itu? Kenapa menjadi hal yang begitu penting untuk dibicarakan? Semua pertanyaan itu akan terjawab apabila telah membaca postingan ini. Saya mungkin tidak bisa seahli ahli komunikasi negara kita macam Effendi Gazali tetapi saya membahas apa yang tertulis di Alkitab. Memang Alkitab tidak membicarakan secara detail tentang komunikasi itu, oleh sebab itu dibutuhkan suatu buku alternative lagi untuk memahaminya. Kiranya setelah kita membaca hingga selesai, kita bisa mempergunakan mulut kita menjadi saluran berkat bagi orang lain.

Kita sekarang hidup di zaman telekomunikasi, di mana kita bisa menggunakan banyak alternatif untuk berkomunikasi menjadi lebih mudah karena menjamurnya alat-alat komunikasi yang canggih dari tahun ke tahun. Hal yang paling kelihatan sekarang ini adalah menjamurnya handphone dengan harga yang bervariasi, mulai dari yang mahal hingga murah semua tersedia di dunia ini. Istilahnya hanya dengan jempol saja kita sudah bisa menggenggam dunia ini. Persoalannya sekarang adalah bukan masalah gadget yang dipakainya, ini berbicara mengenai masalah pribadi setiap orang, misalnya berkomunikasi antar teman.

Dalam perikop ini sudah tertulis bahwa bukan yang masuk yang menajiskan orang, melainkan yang keluarlah yang najis. Hal ini bisa dibuktikan dari pengucapan yang keluar dari mulut kita. Seberapa sering kita mengucapkan kata-kata kutuk dan menyakiti perasaan orang lain? Berbicara tentang masalah menjaga kesucian, kita pastinya sudah tahu apa yang orang Yahudi kuno lakukan ketika bertemu oleh orang-orang yang non-Yahudi. Yup, mereka menjauhi orang yang tidak sebangsa dengan mereka. Bagi orang Yahudi kuno, orang yang tidak sebangsa dengan mereka adalah najis. Mereka beranggapan bahwa semua yang di dunia ini adalah najis. Tidak bisa dibayangkan apabila adat-istiadat seperti itu dipakai oleh umat Kristen di zaman sekarang, lebih mementingkan adat-istiadat daripada hukum Tuhan sendiri. Tetaplah ingat 1 prinsip ini: Bukan yang masuk yang menajiskan, tetapi yang keluar.

Berapa banyak orang yang telah kita sakiti akibat perkataan kita? Sering kali kita menganggap bahwa apa yang kita ucapkan itu hanyalah gurauan saja, tetapi tidak semua orang yang menganggapnya seperti itu. Ada orang yang menganggap gurauan itu dengan serius sehingga orang tersebut tersinggung. Setiap orang mempunyai karakter yang berbeda, jangan samakan karakter mereka dengan karakter kita. Surat Yakobus mengatakan bahwa lidah itu adalah sesuatu yang kecil tetapi sangat liar. Sulit seklali untuk mengaturnya, tidak seperti kuda ataupun kapal yang bisa dikendalikan. Seperti kata pepatah, lidah tak bertulang.

Ada sebuah buku yang membahas bagaimana cara berbicara yang baik. Rangkumannya kira-kira seperti ini:
1.   Caranya harus baik
Mungkin sebenarnya kita memberikan sesuatu informasi yang menarik kepada teman kita, tetapi karena caranya yang salah (mungkin menggunakan nada yang tinggi) membuat ia tersinggung. Informasi yang baik tetapi tidak disampaikan dengan cara yang benar sama saja bohong.
2.   Ada manfaatnya
Jangan menjadi orang yang hanya bisa omdo alias hanya asal berkata tapi tidak ada manfaatnya. Itu sama saja berkata dengan sia-sia. Mother Theresa berkata lebih banyak lakukan dengan tindakan untuk menolong orang lain yang terluka dibandingkan hanya sekadar berkata tanpa makna.
3.   Isinya tepat
Terkadang orang berkomunikasi dengan orang lain tidak ada isinya, alias tong kosong nyaring bunyinya. Mereka sering berbicara hal-hal yang tidak terlalu penting atau sangat tidak penting untuk diperbincangkan, misalnya masalah kehidupan si anu dan semacamnya. Apa gunanya bagi kita kalau kita membicarakan hal ini? Ada segerombolan anak sekolah yang hampir setiap hari nongkrong di sebuah warung membicarakan hal-hal yang tidak jelas satu dengan yang lainnya. Padahal seharusnya saat itu adalah waktu untuk mereka ke sekolah dan belajar. Apakah sekolah pindah ke warung itu atau bagaimana saya tidak mengerti. Yang jelas mereka berkumpul untuk berbicara hal-hal yang tidak ada gunanya untuk masa depan mereka nantinya. Nah, apakah kita salah satun yang berkata tanpa isinya? :P
4.   Tepat Waktunya
Ketika kita ingin mengungkapkan sesuatu, perhatikanlah juga dari sisi lawan bicara. Ketika ada orang yang sedang tidak mood dan kita mengtucapkan sesuatu hal kepadanya, pasti ia akan marah walaupun tidak ada unsur mengejek atau apapun itu. Zaman yang canggih tidak berarti bahwa setiap komunikasi yang kita lakukan berjalan baik dan lancar. Kita berkomunikasi dengan manusia yang memiliki karakter yang sulit untuk ditebak, bukan robot yang tidak memiliki karakter tersebut. So, THINK BEFORE TALK.

Ada sebuah cerita tentang seorang anak muda yang berkonsultasi kepada seorang pendeta karena ia sering tidak bisa mengendalikan emosinya dengan baik. Ia ingin mendapatkan sebuah jawaban yang sekiranya bisa menolongnya mengatasi kesulitan ini, namun kenyataanya tidak seperti yang dibayangkannya. Sang pendeta menyuruh menagmbil beberapa paku dan sebuah palu.
“Tancapkan paku itu ke dalam tembok dengan menggunakan palu, anggap cara ini dgunakan untuk melampiaskan rasa emosimu dengan terus menancapkan paku demi paku hingga emosimu reda.”
Awalnya sang anak muda itu tidak mengerti apa yang sebenarnya ada di pikiran pendeta ini, tapi akhirnya ia meurut apa yang diperintahkan pendeta itu. Ia menancapkan setiap paku yang ada ke dalam tembok hingga emosinya mulai reda. Setelah merasa sudah cukup dan sang pemuda ingin pulang karena kecewa tidak mendapatkan jawaban yang diinginkannya, sang pendeta berkata:
 “Jangan pulang dulu, sekarang cabuti paku itu satu demi satu dari tembok itu.” Sang pemuda semakin heran lagi mengapa pendeta itu menyuruhnya untuk mencabut paku yang telah dipasangnya itu. Dengan agak terheran-heran dan sedikit marah, ia mencabut paku-paku itu.
“Sekarang apa yang bisa dipelajari dari sini?” Tanya sang pendeta.
“ Saya tidak mengerti apa maksud Anda.” Sang pemuda menjawab.
“Kamu lihat? Ini merefleksikan tentang masalahmu itu. Setiap kali ada yang membuatmu tersinggung, kamu akan marah. Setelah beberapa lama, kamu merasa bahwa hal itu adalah masalah sepele dan berpikir untuk melupakan dan memaafkan orang tersebut. Namun apa yang terjadi? Ada bekas bolong seperti yang terlihat di tembok ini. Sebenarnya jauh di dalam hati kita, kita masih belum bisa memaafkan dan melupakan kesalahannya.
Lihat? Seperti itulah orang yang merasa tersakiti akibat perkataan kita. Kita bukan hanya sekadar mengucapkan kata-kata saja, tetapi membawa dampak bagi orang lain. Jadi berkomunikasi yang baik itu sulit dong? Betul. Komunikasi itu sangat sulit dilakukan, tapi tidak mustahil untuk dilakukan. Banyak keluarga maupun gereja terpecah-belah bukan karena masalahnya, tetapi karena komunikasi antar mereka yang tidak bisa menjaga ucapan mereka dengan baik. Tidak adanya filter dalam berkomunikasi di dunia maya juga bisa memicu perpecahan global (antar negara) maupun local (antar orang-orang di sekitar). Psikolog mengatakan bahwa rata-rata manusia mengucapkan kira-kira 100.000 kata dalam satu tahun. Wah, banyak sekali ya kita mengucapkannya? Apakah kita lebih banyak mengucapkan hal-hal yang berguna, atau sebaliknya kita lebih banyak mengucapkan kata-kata yang tidak ada gunanya sama sekali?

Yakobus 3:10 mengatakan: “Dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.” Mari kita memikirkan kembali sejenak, apakah kita memuliakan Tuhan melalui mulut kita ini? Bukan lidahlah penentu semuanya itu , tetapi hati kita. Bukan sekadar kebersihan di luar (seperti orang Yahudi dulu, Red), tetapi apa yang ada di dalam tubuh (hati) lah penentu itu. Sering kali perkara besar terjadi karena berawal dari masalah yang sepele. Mungkin saja si pengucap memiliki maksud yang baik, tetap apabila diucapkan pada suasana yang sedang tidak baik, maka perkataan yang diucapkan oleh si pengucap akan menjadi tidak baik juga. Sekali lagi ini bukanlah masalah dalam berkata-kata, tetapi prinsip hati.
“Apabila kita menganggap perkataan itu sebagai sesuatu hal yang negatif, maka perpecahanlah yang akan timbul setelahnya.”

Thanks and God bless you guys. :D

*Source: Khotbah Kebaktian Remaja GKI Perniagaan hari Minggu, 29 Agustus 2010 oleh Pdt. Handri Salim dengan beberapa pengubahan.

Share/Bookmark

Rabu, 01 September 2010

ATTENTION, PLEASE!

                Kita biasanya mendengar perkataan seperti itu di mana ya? Kebanyakan perkataan itu diucapkan di radio-radio sekolah atau kampus. Mereka biasanya menggunakan perkataan tersebut untuk mencari perhatian orang-orang supaya dapat mendengar siaran mereka. Nah, jika kasusnya individu, bagaimana cara orang tersebut mencari perhatian orang lain? Biasanya sih hiperaktif, artinya suka bolak-balik ga jelas tanpa arah dan tujuan. Bisa juga dengan miscall berkali-kali, selalu mengirimkan SMS kosong ke orang lain dan lain-lain. Teman-teman tentunya punya facebook kan? Nah, sebelum adanya zaman jejaring sosial seperti ini, kita biasanya cari perhatian melalui tingkah lakunya atau mengirimkan SMS yang ‘berlebihan’ dan tidak jelas isinya. Kini, dengan berkembangnya teknologi seperti ini, cari perhatianpun bisa dilakukan di mana-mana, salah satunya ya di facebook ini. Ciri-ciri facebookers yang cari perhatian mungkin seperti ini: update status terus tiap menit (bahkan kalau perlu tiap detik :O ), mengganti status hubungan (relationship status). Itu semua dilakukan supaya status mereka dikomentari oleh orang lain alias cari perhatian.

          Nah, pertanyaanya sekarang adalah boleh ga sih mencari perhatian itu? Tentu saja boleh. Nah, kenapa boleh? Apakah jawabnya karena suapaya tambah exist saja? Tentu saja bukan. Kita diciptakan sebagai manusia sosial yang tentu saja tidak bisa hidup sendirian. Oleh karena itu, manusia butuh yang namanya diperhatikan. Ada orang yang berpikir bahwa saya ada karena ada yang peduli dengan saya. Tentu saja apaila kita merasa tidak diperhatikan, akan timbul rasa sedih dan kesal. Mencari perhatian karena butuh diperhatikan beda dengan hanya sekedar mencari perhatian saja.

          Seorang psikolog Abraham Glow membagi kebutuhan manusia menjadi 5 bgaian:
1.   Sandang, pangan dan papan
Tentu saja kita membutuhkan hal ini. Inilah kebutuhan manusia yang paling umum dipakai.
2.   Rasa aman
Semua orang butuh yang namanya rasa aman. Misalnya saja mengenai masalah uang.Kebanyakan orang ingin uang yang dikumpulkannya dimasukkan ke dalam bank disbanding ditaruh di rumahnya sendiri, karena takut hilang atau diambil orang lain. Bisa juga kita berkompromi oleh dosa karena ingin cari aman saja. Misal di dalam pergaulan kita lebih banyak yang merokok, ketika kita tidak merokok pasti mereka akan meledek kita hingga dikucilkan. Kita biasanya cari aman dalam hal ini hingga kita melakukan dosa karena telah merokok.
3.   Kebutuhan mencintai dan dicintai
Sudah tidak perlu lagi dijelaskan tentang yang satu ini. Everybody needs love, right? J
4.   Butuh dihargai DAN menghargai
Tentu kita perlu yang namanya dihargai, misalnya saja saat kita masih kecil. Ada tugas untuk mewarnai sebuah gambar, tetapi ketika ada yang mengatakan bahwa hasil karya kita dibilang jelek, kita pasti sedih. Begitu juga saat kita bermain gitar, saat kita bermain fals dan ada yang mengkritik payah,tidak bisa bermain tentu rasanya kita sakit hati mendengarnya.(Cara mengkritik dan respon ketika kita dikritik sudah diberitahukan melalui postingan sebelumnya: Tell Me The Truth And The Right Way To Do It.), tetapi kita HARUS MENGHARGAI ORANG LAIN juga supaya kita dihargai.
5.   Ingin diperhatikan sebagai orang yang baik

Nah, maksudnya di sini adalah bahwa kita ingin dilihat oleh orang lain sebagai seseorang yang baik dan terkesan ‘suci’. Lihatlah di Matius 6:5-6. Bagian ini membahas mengenai cara berdoa yang benar. Bukan masalah mau dilihat oleh orang lain, tetapi seberapa kita sungguh-sungguh berdoa kepada-Nya.
         
          Apa sebenarnya motivasi orang mencari perhatian? Apa karena kita mau terlihat sibuk oleh orang lain, hanya sekadar mencari perhatian bahwa “Ini lho saya?” atau yang lainnya? Kita perlu mengetahui latar belakangnya. Apa yang sebenarnya 100% ingin kita butuhkan? Makanan? Pacar? Exist? Hanya Tuhan yang tahu. Bahkan terkadang kita sendiripun merasa tidak tahu apa yang sebenarnya yang benar-benar kita inginkan. Terkadang orang yang mencari perhatian dengan berlebihan memiliki luka di dalamnya. Mungkin karena konflik keluarga atau masalah-masalah lainnya yang membuat oreng tersebut berkelakuan seperti itu. Psikolog menggambarkan hal ini sebagai fenomena gunung es di antara lautan. Terlihat mencuat sedikit dari luarnya, sebenarnya di dalam air tersebut sangat luas permukaannya. Mungkin orang tersebut menutupi rasa sakit hati di dalam dirinya, mungkin kepahitan dan lain sebagainya yang membuat orang tersebut berkelakuan agak ‘aneh’. Luka borok yang ada di hati lebih parah dari apa yang terlihat dari luar.
         
          Nah, oleh sebab itu apa yang harus dilakukan? Carilah dahulu Tuhan, karena Ia mengasihi kita lebih daripada manusia. Cari dahulu Tuhan sebelum kita mencari perhatian dari orang lain. Banyak orang yang curhat kepada orang terdekatnya bahwa dia tidak berharga di hadapan orang lain. Ada juga orang yang tidak mau curhat dan melakukan tindakan yang ‘hiperaktif’ semata-mata hanya untuk mendapatkan kasih. HEY TEMAN! Tuhan mengasihi kita hingga detik ini. Tuhan menganggap kita berharga di mata-Nya. Harusnya kita sadar itu. Pertanyaan yang patutu diberikan kepada orang yang mencari perhatian adalah: “Apakah kau sudah mencari Tuhan sebelumnya?”. Ingat, Tuhan selalu tahu permasalahan sekecil apapun yang ada pada kita, tetapi apakah kita mau mencurahkan segala keluh-kesah kita kepada-Nya?

          Bagaimana langkah-langkah awal supaya kita tidak dibilang caper (cari perhatian,Red)?
  • Mengontrol diri
Seberapa banyak orang yang kesenangannya hanya mengkuti kondisi? Ketika kita dibelikan sebuah PlayStation baru, rasanya kita sangat senang dan kalau bisa memuji-muji orang tua sesaat (karena baru dibelikan), tetapi setelah beberapa lama,entah karena suatu alasan sehingga orang tuanya mematikan/menyita PlayStation tersebut, kita pasti akan marah. Nah, begitu pula orang yang caper, ia hanya ingin memuaskan keinginannya hanya sementara. Ketika akhirnya orang tersebut tidak memperhatikan kita, kita pasti sedih dan marah. Kontrollah diri, jangan hanya terjebak kesenangan sesaat.
  • Memurnikan hati dan motivasi yang benar
Apa motivasi kita ketika kita berbuat seperti itu? Apakah tujuan kita memang untuk melakukan apa yang benar ataukah kita melakukannya hanya untuk memuaskan diri kita sendoro sehingga orang lain terganggu karena sikap kita? Misalkan saja kita diberikan talenta oleh Tuhan bakat bermain gitar, apakah kita mempergunakan talenta tersebut hanya pamer saja kepada orang lain atau karena kita mau supaya nama Tuhan dipermuliakan melalui talenta kita itu? Think carefully beforte act!!!
  • Berharap dan bersandar kepada Tuhan, bukan kepada orang lain
Janganlah terlalu berharap kepada orang lain, pada akhirnya pasti kita akan kecewa karena jarang sekali ada orang yang bisa dipercaya 100%. Ingat, Tuhan tahu kita sebenarnya. Carilah Dia. Tuhan tidak mau kehilangan anak-anak-Nya, bahkan satupun tidak. Iblis memakai beberapa kesempatan yang ada pada kita, bahkan ketika kita kesepianpun iblis menggoda kita supaya kita mencari perhatian dengan berlebihan kepada orang lain sehingga kita dijauhi karena caper kita yang aneh itu. Mungkin karena sikap kita, kita merasa tidak berharga, tapi Tuhan menganggap kita itu berharga di mata-Nya.

Lihat di 1 Korintus 12:23 ini:” Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita tidak terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus.” Nah, sebagai kita yang tidak bersikap seperti itu, seharusnyalah kita melakukan apa yang disampaikan di surat 1 Korintus itu kepada orang yang caper. Kalau memang ia butuh diperhatikan, berilah perhatian kepadanya. Pujilah ketika harus dipuji, jangan kita asal memuji karena akan sia-sia saja. Berilah juga pujian ketika waktunya memang tepat, jangan ketika orang tersebut sedang galau hatinya kita langsung memujinya karena hal itu akan berakibat fatal nantinya.

Manusia tidak baik jika sendirian karena manusia itu adalah makhluk social tentunya. Sebaiknya ketika kita melihat ada orang yang merasa kesepian,berikan perhatian ke dia. INGAT, MOTIVASI HARUS BENAR. Nah, dari pihak yang caper juga harus berlaku yang bijak, bukan benar dan baik, karena caper yang baik belum tentu benar dan begitu pula sebaliknya. Carilah perhatian dengan bijak, supaya hidup kita menjadi sukacita nantinya karena kita tidak dianggap sebagai orang yang aneh dan dijauhi orang lain. Setelah membaca postingan ini, apakah kita salah satu orang yang caper atau orang yang memberikan perhatian ya? God bless you guys. ;D

“DARI PIHAK YANG CAPER: JADILAH ORANG YANG CAPER TAPI TIDAK LEBAI (BERLEBIHAN,RED)
DARI PIHAK SELAIN ITU: MARI DOAKAN ORANG YANG CAPER DENGAN LEBAI ITU SUPAYA DIA BISA MENEMUKAN TUHAN YANG TERUS MEMPERHATIKAN DIA.”

*Sumber: Khotbah kebaktian remaja GKI Perniagaan hari Minggu, 22 Agustus 2010 oleh Yael Eka Hadiputeri dengan beberapa pengubahan.

Share/Bookmark