Markus 14:26-31,66-72
“Lalu kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, mala mini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” (Markus 14:30)
Suatu hari ada seorang anak teman pendeta gereja saya sedang seru-serunya bermain game di tempat pendeta gereja saya (Pdt. Lie Nah) tinggal. Anak itu sangat seru bermain hingga lupa waktu. Ketika Pdt. Lie Nah bertanya kepadanya apakah tidak apa-apa ditinggal orang tuanya di sini, ia dengan santai menjawab tidak apa-apa. Setelah beberapa waktu kemudian, orang tua anak itu menelepon Pdt. Lie Nah dan bertanya apakah tidak apa-apa anak mereka ada di tempatnya,Pdt. Lie Nah menjawab tidak apa-apa dan tidak masalah. Beberapa jam berlalu hingga larut malam hingga sang anak itupun mulai bosan bermain game hingga ia menangis meminta pulang. Pdt. Lie Nah pun akhirnya juga kerepotan karena ulah anak ini. Ia kepusingan mendengar isak tangis anak ini dan akhirnya ia menelepon orang tua anak itu untuk membawa pulang kembali anaknya karena anak tersebut ingin pulang.
Seberapa mudahnya kita mengucapkan janji? Kita tentu sudah tahu apa itu yang namanya janji. Janji adalah suatu perkataan yang pasti akan kita lakukan. Nah, apa realitanya? Banyak orang yang mengucapkan janji tanpa berpikir panjang. Dengan enteng dan gamlblangnya seseorang berjanji tapi tidak mau menepatinya. Seberapa banyak sih orang yang seperti itu yang berkata janji tetapi nyatanya dibatalkan? Misalnya saja kita sudah janji untuk ketemuan dengan teman kita. Beeberapa saat kemudian kita menelepon teman kita bahwa tidak bisa hadir karena alasan yang jelas. Seseorang sering kali mengucapkan janji tersebut tanpa kesungguhan hati. Mereka berpikir bahwa janji itu diucapkan supaya mereka cari aman saja, alias supaya sang pembuat janji tidak merasa kecewa dengan kita.
Dalam Markus 14:26-31 ini, kenapa Petrus berani berjanji kepada Yesus? Karena Yesus sudah berkali-kali berkata kepada dia dan murid-murid-Nya yang lain bahwa akan tiba saat di mana Ia akan ditangkap, disiksa dan mati di kayu salib. Biasanya ketika kita mendengar hal itu, kita akan mengucapkan janji yang sama seperti Petrus karena merasa bahwa ia tidak mungkin seperti itu. Ia tergerak oleh rasa ‘mau jadi pahlawan’ di antara murid-murid-Nya yang lain,rasa solider antar murid Tuhan sehingga ia mengucapkan janji tanpa memikirkan dengan matang. Ketika seseorang tersebut semakin diragukan janjinya, semakin sering dia berbuat janji yang terlihat ‘serius’ hingga berkata:” Sumpah, saya akan menepatinya.”
Sering kali kita juga seperti Petrus, ketika dihadapkan pada situasi yang kritis seperti itu tidak berpikir dengan baik. Kita hanya berkata-kata saja, tetapi tidak berpikir tentang orang lain. Nah, biasanya kita membatalkan janji karena apa? Biasanya kemalasan. Tentu saja kita tidak langsung berkata seperti itu kepada orang yang memberikan janji itu, tetapi kita merangkai kata-kata sebagus mungkin dan terlihat meyakinkan sehingga janji itu akan batal. Tindakan seperti itu dapat menjurus ke arah berbohong. Pada ayat ke 66-72 sudah bisa terlihat dengan jelas bahwa Petrus berani berbohong kepada orang-orang yang telah menuduhnya karena takut akan konsekuensi yang akan dihadapinya. Ia berpikir berkali-kali apa rasanya dihajar massa sebanyak itu, sehingga ia berbohong untuk menyelamatkan diri.Setelah berkata seperti itu dan ada bunyi kokok ayam kedua kalinya, barulah ia menyadari kalau ia telah berbohong kepada Yesus. Apakah Petrus berjanji dengan sungguh-sungguh? Sepertinya tidak karena tidak memikirkan ke depannya akan seperti apa apabila ia mengucapkan janji itu.
Sering kali janji itu mudah untuk diucapkan, tetapi kita tidak mau memepertanggungjawabkan janji itu. Ketika tidak ada kesungguhan saat mengucapkan janji itu, sering kali kita akan mengingkarinya. Adam dan Hawa sudah diberikan sebuah janji bahwa keturunan mereka akan berdosa karena ular itu (lihat Kejadian 3) oleh Allah. Allah juga berjanji kepada Abram bahwa semua bangsa akan terberkati melalui perantaraannya. Inilah janji yang sebenarnya. Tuhan tahu dan yakin akan janji yang diucapkannya.
Buatlah janji yang “Ya, akan tergenapi”, bukan sembarang janji, karena hal tersebut adalah janji palsu. Janji palsu itu akan diwarnai dengan kebohongan-keboongan lain. Katakan YA jika iya dan TIDAK jika tidak. Jangan berpikir bahwa jika kita bohong sedikit itu tidaklah apa-apa. HEY TEMAN!!! Akibatnya akan fatal kalau beranggapan seperti itu, karena kita pasti akan menutupi kebohongan kecil itu dengan kebohongan-kebohongan lainnya hingga semakin banyak. Siapa makhluk yang suka bohong? Pastinya iblis. Orang yang suka berbohong dicap sebagai anak dari sang iblis. Nah, siapa bapa kita? Iblis atau TUHAN? :P .Mulai hari ini berpikirlah dahulu sebelum membuat sebuah janji. BIASAKAN!!! Ingat satu hal yang penting, apakah nantinya janji itu betul-betul mau saya lakukan atau tidak. Kalau dari awal saja sudah tidak ada kemauan dan keinginan, pastinya janji itu tidak akan ditepati,betul?^^. Tuhan saja menggenapi setiap janji-Nya, salah satunya adalah mengutus Anak-Nya Yang Kekal untuk menggenapi janji-Nya, masa kita tidak bisa menepati janji kita? Ingat satu hal, punya satu kemauan pasti janji itu akan ditepati.Percaya deh.
Ada seorang anak kecil yang hidup dengan pas-pasan. Ia selalu diberi uang jajan hanya Rp 3000,- saja, tetapi ia ingin suatu saat mempunyai komputer sendiri dan terjadilah saat seperti itu. Kok bisa sih? Bagaimana caranya? Dia sering kali nongkrong di tempat pedagang mainan Yoyo, ia menjual teknik yang ia punya kepada anak-anak yang mau sehingga ia mendapatkan uang dari situ. Ia terus melakukan seperti itu dan menabung hingga akirnya ia bisa membeli komputer dengan hasil jerih payahnya sendiri. Sering kali kita merasa seperti orang yang paling kasihan di dunia ini. Orang punya sesuatu yang menarik, kita tidak punya sehingga timbul rasa iri hati. Lihat anak itu, ia tidak iri hati kepada orang lain. Ia mencoba untuk terus berusaha dengan segenap kemampuannya hingga akhirnya ia bisa membeli apa yang ia inginkan.Tentu saja ini kisah nyata. Untuk menjadi anak yang baik haruslah menepati janjinya. Bahkan orang tuanya pun memuji dia karena anaknya tahu diri.
Mungkin akan banyak rintangan yang menghadang untuk menepati janji yang ada, tetapi teruslah terobos rintangan itu. Jangan gentar sedikitpun. Ada juga seorang anak dengan peringkat 40 dari 45 murid di kelasnya. Ia sangat kecewa sekali karena peringkatnya yang sangat jauh di bawah itu. Merasa muak dengan keadaan ini, ia berjanji bahwa ia akan mendapatkan peringkat ke-3 di semester berikutnya. Ia terus dan terus mengasah kemampuannya hingga akhirnya ia bisa mencapai peringkat ke-3 tersebut. Lihat tean-teman? Kalau janji itu diucapkan dengan sungguh-sungguh, maka hasilnya akan baik lho? Ingat,daripada menjadi orang yang tidak dapat dipercaya, akan lebih baik kita berhati-hati dengan apa yang akan kita ucapkan nantinya.
Nah, bagaimana kalau saya janji dengan seseorang dengan sungguh-sungguh, tetapi karena ada urusan mendadak akhirnya batal? Ada hal di mana itu di luar kemampuan kita, sehingga hal seperti ini diperbolehkan. Tidak masalah asal jangan jadikan ini sebagai tameng atau alasan supaya kita tidak datang karena memang awalnya malas. Lihat di Kitab Markus tadi, Yesus menatap Petrus sedemikian rupa sehingga akhirnya Petrus merasa sedih an hancur hati karena sikapnya yang telah membohongi Yesus, Sang Tuhan dan Juru Selamat. Bagi Tuhan hal di mana kita membohongi-Nya sangatlah menyedihkan dan membuat hati-Nya berduka, tetapi ingatlah satu hal. Tuhan mengasihi kita dengan agape, walau separah apapun kita melukai hati-Nya, Tuhan tetap mengasihi kita. Itulah dahsyatnya Allah kita. ^^
MULAI SAAT INI, BERUSAHALAH UNTUK TIDAK KECEWAKAN TUHAN MELALUI PERBUATAN KITA.
Thanks and God bless you guys. ;D
*Sumber: Khotbah Kebaktian Remaja GKI Perniagaan hari Minggu, 15 Agustus 2010 oleh Pdt. Lie Nah dengan beberapa pengubahan.