2 Kor 5:17: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”
Sang pengkhotbah berpikir dan merenungkan judul kali ini, karena judul ini adalah sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban.Untuk itulah saya akan memberitahukan jawaban yang dia berikan kepada teman-teman semua.Baca dan renungkan dengan baik apa yang mau disampaikan pada hari ini.
Adakah di antara kita yang mengalami kesulitan dalam mengampuni? Misal mengampuni orang tua kita, teman kita, atau orang yang tidak dikenal.Nah,berbicara tentang mengampuni, kita biasanya sulit untuk mengampuni tergantung seberapa dalam luka yang kita rasakan.Umpamanya luka yang dirasakan karena tertabrak container pasti jauh lebih parah daripada tertabrak bajaj kan? :D .Ada suatu ilustrasi sederhana tentang ini.Misal di dalam sebuah pesta,ada orang yang nyelonong untuk mengambil makanan yang telah tersedia.Orang ini ternyata nyelonong sembari membawa minuman.Alhasil karena terlalu terburu-buru,minuman tersebut tumpah.Nah,apesnya lagi kita sedang berada di dekat orang tersebut dan terkena tumpahan minuman itu.Tentu saja kita pasti marah dengan sangat,apalagi baju ini sudah dilaundry mahal-mahal dan baru dipakai sekali. Kasus ini saja tentang bersinggungan dengan seseorang yang tidak dikenal,bagaimana dengan orang terdekat kita? Tentu sangat sulit sekali bukan? Ada seseorang yang sedari kecilnya ditekan sebegitu rupa oleh Ayahnya. Sampai saat ini ia masih merasa kepahitan dengan Ayahnya,tetapi ternyata Ayahnya melakukan hal tersebut karena ingin anaknya menjadi anak yang disiplin dan memiliki sikap yang baik di lingkungan sekitar.
Apa kata Alkitab tentang ini?Mari lihat di Matius 18:21-35.Judul perikop ini adalah Perumpamaan tentang pengampunan. Di sini menggambarkan tentang dialog antara Yesus dengan murid-Nya yaitu Petrus.Petrus bertanya kepada Yesus:”Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”.Yesus menjawab: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” ( Mat 18:21-22).
Apakah cukup hanya dengan 7 kali memaafkan orang lain? Ketika ada orang yang bersalah kepada kita untuk pertama kalinya, biasanya kita pasti akan cukup mudah untuk memaafkan,tetapi ketika dia melakukan kesalahan kepada kita dan kita memaafkannya hingga 3 kali saja, kita merasa sudah kesal dan biasanya kita akan berkata “tiada kata maaf lagi bagimu.”.Nah, apalagi sampai tujuh kali? Bahkan 7 kali saja menurut Tuhan tidaklah cukup, Ia malah berkata:”Bukan 7 kali,tetapi tujuh puluh kali tujuh kali.”Nah lo? 3 kali saja kita sudah mulai keki sama orang itu, apalagi memaafkan hingga tujuh puluh kali tujuh kali? Di sini Tuhan berkata bukan kuantitasnya yang dilihat, tetapi kita harus senantiasa memaafkan orang lain,betapa dalampun luka itu. Tentu saja kita berpikir hal ini sangat mustahil dilakukan,tapi HEY, Tuhan tahu keterbatasan anak-anak-Nya. Dia tidak mungkin memberikan hal yang tidak mampu dilewati oleh kita.Pertanyaanya sekarang adalah bukan apakah mungkin, tetapi mau atau tidak.
Ada sebuah kisah mengenai Corrie Ten Boom. Corrie Ten Boom adalah seorang wanita dari keturunan Yahudi yang dibesarkan pada saat zaman perang antara Nazi dengan Yahudi. Pernah suatu ketika orang-orang Yahudi ditangkap dan dimasukkan ke dalam kamp konsentrasi Nazi pada saat itu,Corrie adalah salah satu yang ditangkap.Para perempuan di dalam situ banyak yang dilecehkan,dibunuh,dan disiksa. Corrie melihat itu semua. Ia juga ikut disiksa dan dilecehkan dengan cara mandi di depan para tentara Nazi yang ada di situ. Pada suatu hari kamp konsentrasi itu dihancurkan dan orang-orang Yahudi di dalamnya banyak yang tewas. Beruntunglah Corrie selamat dari ledakan itu. Perang itu akhirnya berakhir.Corrie mencoba untuk melupakan kejadian pahit yang ia alami dan mencoba mengampuni orang-orang jahat itu.
Iapun akhirnya pergi ke Amerika. Di sana ia dipersiapkan oleh Tuhan sebagai Hamba-Nya (Teolog). Ia menjelaskan kepada setiap orang yang dikhotbahnya untuk mengampuni orang yang melakukan kesalahan, karena jika bersikap seperti itu, orang-orang yang bersalah itu sedikit demi sedikit diubahkan oleh Tuhan.Dia berkata bahwa dia mengalami lebih dari kebencian, tetapi ia berusaha untuk mengampuni orang-orang yang bersalah kepadanya. Ia mengajarkan kepada mereka jika kita harus bisa mengasihi, apapun yang terjadi. Setelah ia selesai berkhotbah, ia keluar di gereja itu dan melihat di depan gereja tersebut ada seorang bapak tua yang lusuh. Dia berkata kepada Corrie:”Aku sudah menerima berkat dan pengampunan yang diberikan Tuhan kepada kita, mohon terima permintaan maafku ini.”.Tentu saja Corrie bingung kenapa bapak tua itu berkata seperti itu, tetapi setelah Corrie mengingat-ngingat kembali wajahnya,ternyata bapak tua itu adalah salah satu tentara Nazi yang dulu pernah menganiaya serta memaksa Corrie untuk mandi di hadapan para tentara Nazi itu.
Apa reaksi kita jika kita menjadi Corrie? Apakah kita langsung bisa mengampuni orang itu? Corrie pada saat itu tidak bisa langsung memaafkan orang itu. Luka batin yang teramat dalam dirasakan olehnya saat itu timbul kembali. Lalu paa yang dia lakukan setelah itu? Dia sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan:”Tuhan, kenapa aku sangat sulit mengampuni dia?”.Saat berdoa seperti itu, Corrie teringat akan kematian Yesus Kristus yang mati disalib dan diberi mahkota duri di atas kepala-Nya.Penderitaan yang teramat sangat itu Yesus lakukan hanya untuk menebus kesalahannya. Kita sudah tahu dengan pasti bahwa Tuhan yang mengingatkan hal itu kepada Corrie melalui karya Roh Kudus, kemudian dengan tegar Corrie berkata kepada bapak tua itu:”Ya, saya mengampuni kamu.”
Ada ilustrasi seperti ini: Pada suatu hari setelah hujan, biasanya akan timbul genangan air. Pada saat kita berada di dekat genangan air tersebut dan tiba-tiba ada kendaraan yang lewat sehingga cipratan air tersebut mengenai pakaian kita, kita biasanya akan membersihkan noda tersebut.Nah, bagaimana dengan noda di hati kita? Apakah kita mau terus menerus menyimpan ‘noda’ itu? Lihatlah pada perikop di Matius 18:21-35 tadi. Orang yang berhutang sepuluh ribu talenta kepada rajanya saja dimaafkan oleh raja tersebut, tetapi ketika ada yang berhutang seratus dinar saja kepadanya, ia tidak mau memaafkannya. (ayat 23-30). Ironi sekali bukan? Inilah manusia, kita mau diampuni tetapi sangat sulit untuk mengampuni orang lain. Ingat,ketika kita gagal mengampuni orang lain, berarti kita tidak merasakan kasih Kristus di hidup kita (juga menentang doa Bapa Kami).
Ada lagi sebuah kisah nyata di Afrika Selatan. Ada seorang wanita kulit hitam yang renta (sekitar umur 70 tahun) dengan perlahan duduk di sebuah bangku pengadilan. Ia duduk sebagai saksi sekaligus pihak korban dari Mr. Pandenburg yang telah membunuh suami serta anak wanita tunggalnya. Mr. Pandenburg pada waktu itu membawa paksa wanita itu ke TKP (tempat kejadian pertama red) untuk menyaksikan dengan tragis anak semata wayang serta suaminya dibakar hidup-hidup. Nah,hukuman apa yang sepantasnya diberikan kepada Mr. Pandenburg itu? Sudah pasti hukuman mati. Tetapi apa yang dikatakan oleh wanita tua itu? Wanita itu menginginkan 3 hal: Yang pertama ia ingin di bawa ke tempat di mana suami serta anak perempuannya dibakar hidup-hidup supaya dikumpulkan sisa-sisa abunya.Yang kedua dia ingin supaya Mr. Pandenburg menjadi anak angkatnya supaya ia bisa mencurahkan segala perasaanya kepada dia di Getho (perkampungan orang kulit hitam red).Yang terakhir ia memberikan maaf setulus-tulusnya kepada Mr. Pandenburg karena Yesus Kristus telah lebih dahulu mengampuninya.Begitu mendengar hal itu,spontan orang-orang yang ada di dalam ruang pengadilan itu tersentak kaget,tidak terkecuali Mr. Pandenburg sendiri. Mereka semua tidak percaya akan apa yang wanita tua itu kemukakan di hadapan hakim,bahkan Mr. Pandenburg sendiri pingsan mendengar hal itu. Akhirnya seluruh orang yang ada di sana menyanyikan lagu “Amazing Grace”.
Lihat? Apakah rasa sakit hati kalian jauh lebih parah dari Corrie Ten Boom atau wanita tua itu? Marilah kita meneruskan kasih Kristus. Akuilah segala rasa sakit itu di hadapan Tuhan, setelah itu berdamailah dengan diri sendiri. Berusahalah untuk empati kepada orang lain an memaafkan orang yang telah menyakiti hati kita. Apa untungnya kita menyimpan ‘borok’ di dalam hati kita? Survei membuktikan bahwa senyum adalah olahraga yang paling praktis untuk mencegah tua sebelum waktunya.So, untuk apa kita bermuram durja? Jangan tunggu waktu lagi, segeralah berdamai dengan orang-orang yang bersalah atau yang berbuat salah kepada kita. Jika kita tidak mengampuni dari sekarang, maka kita membuat hati kita merasa tidak nyaman.Selain itu kita akan bertambah tua sebelum waktunya lho? :D.God bless you guys.
Kisah Para Rasul 20:35b:”Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.”
*Sumber: Khotbah Kebaktian Remaja GKI Perniagaan hari Minggu, 08 Agustus 2010 oleh Pdt. Nanang dengan sedikit pengubahan.
Awawawawa menginspirasi sekali... ✊🏼🥺
BalasHapus