Kamis, 24 Februari 2011

OH, KERETA APIKU....

Saat ini gue menuntut ilmu sebagai mahasiswa di Kampus gue yang tercinta ini, Universitas Gunadarma yang terletak di daerah Depok. Tempat tinggal gue ada di daerah Jakarta Kota. Nah, untuk bisa pergi ke kampus gue setiap hari, diperlukan suatu alat transportasi umum (karena saat ini gue belum punya kendaraan sendiri. Hiks… Hiks… L). Pilihannya adalah dengan menggunakan jasa angkutan bus umum ataupun kereta api. Karena mengingat kondisi Jakarta saat ini yang selalu macet sehingga memperlambat perjalanan (Sebenarnya setelah gue kuliah di Depok, gue baru menyadari bahwa tidak hanya Jakarta yang bisa macet parah), akhirnya gue putuskan untuk naik kereta api.

        Tentunya kita semua sudah tahu bahwa kereta api di Negara kita ini sangatlah ‘keren’ ‘kan? Betapa tidak? Cuma di Indonesia (Mungkin) yang pintu gerbongnya terbuka semua untuk kelas ekonomi, banyak sampah di mana-mana, jendela yang rusak dan yang lebih ekstrimnya lagi adalah para penumpang yang naik di atas atap gerbong kereta api dan ada yang rela berdiri di belakang gerbong luar karena penumpangnya yang membludak. Karena alasan inilah saya akhirnya tertarik untuk mencari tahu dan membahas sejarah perkeretaapian Indonesia di sini. Bener ga sih kalo nasib perkeretaapian Indonesia dari dulu seperti ini?

        Dikutip dari Wikipedia: “kereta api di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jumat tanggal 17 Juni 1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr.L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867. Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Samarang-Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.

Nih Gan, kereta listrik pertama beroperasi 1925, menghubungkan Weltevreden dengan Tandjoengpriok.

          Tuh Gan, penumpang kereta api zaman dulu lebih tertib ya? Selain itu, keretanya terlihat masih layak untuk dipakai. Tidak seperti sekarang ini yang gerbongnya pun penuh dengan dekil, coretan dan penyok sana-sini. Dikutip dari tribunnews.com, Direktur Utama PT. Kereta Api Indonesia, Ignatius Yonan, pada diskusi Lukman Hakim pada diskusi "Penerapan Standar Menuju Peningkatan Mutu Transportasi Perkeretaapian Indonesia" yang di gelar di Widya Graha LIPI, Jakarta Selatan, Kamis (24/02/2011) mengatakan: “Menurutnya, disiplin ilmu yang membahas masalah perkeretaapian sangatlah banyak. Baik di pelayanan penumpang, sarana dan prasarana, kualitas pelayanan, keselamatan dan lainnya. Oleh karenanya masyarakat tidak bisa mengecam salah satu aspek yang diketahuinya saja tanpa melihat permasalahan secara keseluruhan. 

Ignatius mencontohkan permasalahan tersebut dengan polemik kenaikan tarif kereta. Padahal pihaknya selama ini sudah memberikan subsidi hingga ratusan miliar, agar kereta dapat beroperasi dengan harga tiket yang terjangkau oleh masyarakat. Padahal selama ini naik turunnya tarif cenderung dipengaruhi oleh politik.

        Waduh, ternyata kita tidak boleh hanya menuduh satu pihak saja Gan. Ternyata banyak orang-orang ‘bandel’ yang ‘bermain’ juga di balik perkertaapian Indonesia ini. Perlu pembenahan menyeluruh dari semua pihak, baik dari pihak KAI sendiri maupun pemerintah dan masyarakat agar bisa menciptakan suasana kereta api yang nyaman dan aman. Wah, butuh berapa lama ya supaya itu terwujud? Mari berdoa supaya pemerintah dapat membereskan masalah ini dan setiap dari kita memiliki kesadaran yang lebih tinggi lagi terhadap kereta api kita. J





Share/Bookmark

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thank you for your comment.I'm really appreciate it.