Kali ini saya akan membahas dari sudut pandang saya mengenai laboratorium internet dasar (Labintdas) di kampus saya ini. Kira-kira saya harus mulai dari mana ya? Hmm, mungkin saya akan memulainya dari pandangan awal saya mengenai pandangan pertama saya saat ingin praktikum di Labintdas ini.
Labintdas ini terletak di gedung 3 kampus saya (gedung yang terdapat perpustakaan dan dekat dengan Bank DKI serta WC di gedung D), di ruangan 4 lantai 2 (kalau tidak salah. :P). Nah, dari tampilan luarnya sih terlihat sama dengan ruangan-ruangan kelas yang lainnya di gedung tersebut, cuma dibanding dengan ruangan kelas tempat saya belajar, ruangannya terlihat lebih besar dengan pintu yang cukup besar berwarna biru. Saya berpikir bahwa ruangan ini mungkin akan bagus mengingat praktikum yang akan dipraktekkan nanti tentang internet dan ruangannya pun terlihat besar. Saat akhirnya saya beserta teman-teman saya yang lain di shift 2 dipanggil masuk, ternyata saya disadari bahwa tampilan luar bisa menipu (Jujur. :P).
Lampunya kurang terang dibanding dengan kelas-kelas tempat saya biasanya belajar, komputernya pun sama persis seperti di sekolah SMP saya dulu, dengan casing dari komputer tersebut yang menguning dan dengan monitor yang cukup besar (tidak flatscreen seperti di laboratorium lainnya). Satu yang mungkin menurut saya baik hanyalah AC yang cukup dingin. Meja dan prosesor dari komputer tersebut telah dicorat-coret dengan ‘suara mahasiswa’ yang tidak jelas. Saat saya menghidupkan komputer tersebut, terlihat bootscreen-nya menunjukkan bahwa OS yang digunakan adalah Windows XP. Saya berpikir mungkin masih ada harapan setelah saya banyak melihat yang negatif ketimbang yang positif dari laboratorium tersebut.
Ternyata pikiran saya salah. Saat booting, terlihat bahwa komputernya saat lambat sekali. Butuh waktu kira-kira 5-10 menit untuk menampilkan desktop-nya. Eksekusi program yang ter-install pun sangat lambat. Penasaran sembari menunggu terbukanya program, saya iseng-iseng mencoba melihat spesifikasi dari komputer tersebut dengan mengetikkan DXDIAG di kotak dialog Run. Saya melihat bahwa prosesor yang digunakan adalah intel Pentium II (Ya, Anda tidak salah baca). VGA dan directX yang digunakan pun tidak terdeteksi. Entah apakah memang tidak ada VGA dan directX yang ter-install di komputer tersebut ataukah memang sengaja tidak diberitahu ke publik. Dari sekian banyak komputer yang terpasang, mungkin hanya 30% saja yang tidak bisa dipakai dan sekitar 20% dari komputer yang masih bisa terpakai tidak bisa terhubung ke internet. Kakak Penanggung jawabnya (PJ) menjelaskan bahwa di laboratorium ini memang hanya disediakan bandwidth internet yang kecil dan saling berbagi dalam penggunaannya sehingga makin lambatlah koneksi ke internet, bahkan ada yang tidak terhubung sama sekali. Walaupun begitu, saya masih bisa menikmati dan fokus dengan penjelasan dari kakak PJ-nya.
Saya bukanlah menjelek-jelekkan laboratorium yang ada di Universitas Gunadarma ini, tapi memang inilah kenyataannya. Saya melihat bahwa pihak kampus terkesan ‘tidak mempedulikan’ nasib dari laboratorium ini, mengingat bahwa praktikum ini hanya berlangsung selama tiga kali saja. Saya sebagai mahasiswa yang memakainya sangat miris dengan keadaan ini. Laboratorium yang lain telah diganti komputernya dengan yang lebih bagus (monitor flatscreen, keyboard dan mouse dari Logitech, dll), tetapi di sini tidak ada perubahan yang ada. Ada kesan bahwa praktikum ini terlhat disepelekan oleh pihak kampus. Seharusnya tidak boleh seperti itu, dengan suasana seperti ini membuat para praktikan ogah-ogahan mengikuti praktikum ini sehingga pelajaran yang didapat tidak bisa dipahami dengan baik. Kiranya di tahun ini pihak kampus dapat memperhatikan laboratorium ini sehingga angkatan berikutnya bisa merasakan bahwa Universitas Gunadarma adalah benar-benar kampus yang berbasis IT. Maju terus Gunadarma. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thank you for your comment.I'm really appreciate it.